Otomasi, robotik dan industri 4.0 menjadi topik yang hangat dibicarakan saat ini. Isu transformasi digital sepertinya sudah mulai hangat diperbincangkan di Indonesia. Bahkan kemarin di Debat Calon Gubernur Jawa Barat, sempat menjadi trending di berbagai media karena Deddy Mizwar mendapatkan pertanyaan terkait industri 4.0, dan bagaimana visi kebijakan pemerintahannya nanti. Sayatidak akan membahas terkait pilkada, tapi ingin menunjukkan bahwa isu ini sangat krusial, dan kita wajib paham dan bersiap.
Ini bukan hanya akan mengubah wajah industri, tetapi juga tatanan sosial, terutama menurut saya adalah, relevansi kompetensi sumber daya manusia (SDM), ketika sebagian besar pekerjaan digantikan mesin dan robot. Lalu apa yang akan dikerjakan oleh manusia? Kalau mereka masih berpikir dengan cara yang lama, dan kompetensi lama, bisa jadi sudah tidak relevan.
Dan kita tidak bisa berpikir lagi, bahwa wah ini masih lama. Ini kan baru terjadi di negara-negara maju di mana SDM sangat mahal, maka menggunakan robot. Berikut saya beberkan beberapa fakta, agar kita menyadari revolusi itu sudah terasa dampaknya di Indonesia, dan segera mengantisipasi. Ini adalah hal-hal yang saya alami langsung, dan mendengar cerita langsung dari jejaring yang saya punya.
Sistem e-toll, selamat tinggal iklan legendaris Elma Theana dan Xon-Ce di Gerbang Tol
Iklan ini begitu ikonik di tahun 90-an, dan mempopulerkan Penjaga Gerbang Tol. Generasi Alpha mungkin hanya akan mengetahui soal penjaga pintu tol sebagai sebuah sejarah. Karena saat ini, semua gerbang tol terutama di Jakarta sudah dengan sistem otomatis. Ini pun kemarin sempat menimbulkan keresahan sosial, mau dibawa ke mana, para penjaga gerbang tolnya? Tapi dunia bergerak ke depan kita tak bisa menghindari perubahan.
Pabrik yang berisi robot, dan sistem otomatis semakin sedikit pekerja
Saya bertemu dengan salah satu klien di bidang Fast Moving Consumer Goods (FMCG), bercerita tentang revolusi robotik dan otomasi yang terjadi di industri manufaktur di luar negeri, terutama di Cina. Lalu beliau mengatakan di pabrik mereka pun yang baru sudah menerapkan ini, kapasitas produksinya dua kali lipat, tetapi jumlah karyawan yang dibutuhkan hanya separuhnya. Ini berarti? Makin sedikit lapangan kerja di sektor manufaktur. Apakah sudah siap?
Anda bertanya dan menyampaikan keluhan dilayani oleh mesin, bukan lagi manusia
Industri yang juga banyak menyerap tenaga kerja dan sifatnya masif antara lain adalah layanan pelanggan. Apakah Anda tahu beberapa sudah mengalihkan menggunakan mesin dan robot? Salestock.com adalah contoh yang paling jelas, mereka telah menggunakan mesin untuk menjawab konsumen bernama Soraya. Beberapa perusahaan besar juga sudah meluncurkan asisten virtual bernama Vira. Ke depan pekerjaan di CS akan semakin sedikit yang menggunakan manusia, karena mesin lebih efisien, bisa bekerja 24 jam non stop, tidak perlu cuti dll..
Self Check-in Bandara, bukan cuma di luar negeri di Indonesia pun sudah mulai di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta
Minggu lalu ketika saya akan bepergian via Terminal 3 Internasional wow ternyata sekarang sudah sepi petugas, yang ada adalah mesin-mesin untuk mencetak tiket sendiri. Bandara telihat lebih lengang. Ini mungkin masih transisi, bila dibandingkan dengan Changi Terminal 4 yang sudah semua otomatis, tak ada petugas. Tapi Anda sudah mulai merasakan riaknya, sebagian pekerjaan kita digantikan oleh mesin.
Kereta bandara tanpa awak
Ketika saya mencoba pertama kali sky train yang merupakan penghubung antar terminal di Bandara Soekarno Hatta, ternyata ini juga sudah tanpa awak. Keretanya berjalan sendiri menggunakan sistem. Satu lagi pekerjaan di Indonesia yang berkurang bukan? Sudah siap?
Bank tanpa cabang, buka rekening dan transaksi dari mana saja tanpa perlu ke kantor bank
Ini juga sedang digalakkan oleh pemerintah. Jargon yang sering kita dengar adalah branchless banking. Satu contoh yang mungkin paling populer karena iklannya sangat banyak di mana-mana adalah Jenius dari Bank BTPN. Anda bisa buka rekening bahkan dari kamar tidur. CIMB Niaga hadir dengan Digital Lounge, di mana satu cabang bank hanya diwakili oleh satu orang. Bank DBS juga baru saja meluncurkan Digibank, yang menyasar hal yang sama.
Jadi bisa dibayangkan sebelumnya satu kantor cabang di Bank membutuhkan mungkin belasan atau puluhan karyawan. Sekarang? Sudah ngga perlu lagi. Artinya? Lowongan pekerjaan di perbankan, untuk kompetensi konvensional sudah berkurang jauh, bisa jadi ada kebutuhan karyawan baru tapi dengan kompetensi yang berbeda.
Sistem Human Resources Berbasis Aplikasi
Saya bertemu dengan salah satu tim HR dari grup konglomerasi besar Indonesia. Dia bilang orang HR sekarang juga harus melek digital. Lalu saya tanya, kenapa? Katanya sekarang semua sistem HR di kantornya berpusat pada satu aplikasi yang one stop solution. Jadi mulai dari e-learning, pengajuan cuti dll dilakukan via itu. Bahkan lebih wow lagi, proses seleksi aplikasi lamaran kerja yang masuk. Seleksi pertama sekarang sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI), jadi lebih cepat dan tidak memakan waktu.
Keliatannya seru ya. Iya pastinya jadi lebih efisien, tapi bayangkan berapa banyak karyawan yang menjadi tidak relevan dengan sistem ini? Dalam sebuah sesi diskusi bersama Mercer Consulting, otomasi di divisi HR diperkirakan akan menghilangkan 96 PERSEN pekerjaan di divisi HR. Jadi apakah Anda siap? Apakah sudah bersiap menambah keahlian baru agar tetap relevan dengan jaman?
Tidak ada komentar